Valeria Morales-Soto untuk Alasan untuk Bergembira
NTU Singapura
Di tengah musim panas yang panasnya memecahkan rekor, sekadar melangkah keluar rumah sudah cukup untuk mengingatkan kita bahwa dunia sedang mengalami peningkatan suhu akibat perubahan iklim. Para ahli memperkirakan bahwa gelombang panas seperti yang dialami banyak dari kita akan menjadi lebih sering terjadi, berlangsung lama, dan mematikan.
Seiring meningkatnya suhu, kebutuhan kita akan pendinginan pun akan meningkat. Pendingin udara diprediksi akan menggandakan emisi fuel rumah kaca pada tahun 2050, dan efek pulau panas perkotaan — saat trotoar dan bangunan menahan panas — hanya membuat orang-orang yang tinggal di kota menjadi lebih rentan.
Namun, kota-kota di Amerika Latin, Eropa, dan Asia tengah menciptakan rute baru. Seperti yang dilaporkan Causes to be Cheerful, Medellín, Kolombia, semakin sejuk berkat “koridor hijau” yang menyerupai hutan alami, Stuttgart, Jerman, menyejukkan diri dengan “koridor ventilasi” dari pegunungannya yang dingin, dan struktur bertenaga surya Tel Aviv, LumiWave, menyediakan keteduhan di siang hari dan cahaya di malam hari di Israel.
Beginilah cara empat kota lainnya di seluruh dunia mengatasi cuaca panas.
Rio de Janeiro
Di daerah kumuh di Rio de Janeiro, masyarakat berpenghasilan rendah membangun atap hijau mereka sendiri. Atap lembaran vinil yang terjangkau ini dibuat oleh Teto Verde Favela, sebuah lembaga nirlaba yang didirikan oleh penduduk setempat Luis Cassiano. Suhu di kota ini telah meningkat tiga derajat Fahrenheit selama dekade terakhir, tetapi selama studi perbandingan suhu, atap Cassiano tetap berada pada suhu sekitar 86 derajat, sementara atap daerah kumuh tradisional berfluktuasi antara 86 dan 122 derajat.
Teto Verde Favela dimulai pada tahun 2012 dengan tujuan untuk mengajarkan masyarakat yang beranggotakan 20.000 orang untuk membangun atap hijau mereka sendiri. Meskipun masih banyak hal yang harus dilakukan, inisiatif ini terbukti efektif dan terjangkau sekaligus menunjukkan perubahan yang didorong oleh lingkungan dan masyarakat.
Sevilla
Sebagai pengganti pendingin udara tradisional, Seville beralih ke solusi berusia 3.000 tahun. Dengan bantuan dua ilmuwan, kota di Spanyol selatan ini menghidupkan kembali teknologi Timur Tengah: qanat, saluran bawah tanah yang menyalurkan air dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan mengalirkan kesejukan ke atas.
Qanat sepanjang 20 meter, yang pertama dipasang, diharapkan dapat mendinginkan suhu di space seluas dua lapangan sepak bola di Pulau La Cartuja hingga enam hingga tujuh derajat Celsius.
Tahun lalu, Seville mengalami peristiwa gelombang panas ekstrem untuk kedua kalinya: Gelombang panas Yago melanda kota itu dengan suhu 104 derajat. Qanat diperkirakan akan siap sebelum akhir musim panas ini, tetapi komponen lain seperti vegetasi dan atap yang memantulkan panas juga akan membantu menjaga suhu tertinggi di Spanyol tetap rendah.
Singapura
Pendekatan sederhana terhadap panas membantu Singapura mengatasi tantangan panas perkotaannya: mengecat gedung dan permukaan lain dengan cat reflektif. Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Sustainable Cities and Societies, udara di space tempat gedung dan trotoar dicat dengan “lapisan dingin” ini diukur menjadi dua derajat Celsius lebih dingin antara pukul 11 pagi dan 3 sore — jam-jam terpanas di Singapura dalam sehari — daripada udara di space yang tidak dicat.
Saat ini, anggota Lembaga Insinyur negara tersebut menyarankan pendekatan multifaset terhadap panas perkotaan, termasuk penambahan tanaman hijau dan naungan, karena cat reflektif hanya salah satu alat yang membantu menjaga seluruh kota tetap sejuk.
Jerman
Bisakah limbah panas menjaga kota tetap sejuk? Kedengarannya tidak masuk akal, tetapi kota-kota Jerman seperti Munich mengubah limbah panas menjadi pemanas distrik untuk mendukung jaringan pendingin yang ada dalam upaya meminimalkan emisi fuel rumah kaca.
Sistem pendingin yang ramah lingkungan di Munich memanfaatkan energi alami dari aliran air bawah tanah. Menurut perusahaan utilitas kota Munich, Stadtwerke Muenchen (SWM), penggunaan aliran air dingin alami ini telah menghasilkan penghematan energi di kota tersebut sebesar 70 persen dibandingkan dengan teknologi pendingin tradisional seperti AC. Berkat sistem pendingin kota tersebut, lebih dari 80.000 penduduk di Munich menerima energi ekologis. Pada tahun 2040, kota tersebut bertujuan untuk membangun pemanas yang netral karbon sebelum goal pemerintah federal tahun 2045.
Cerita ini diproduksi oleh Alasan untuk Bersikap Ceria dan ditinjau dan didistribusikan oleh Stacker Media.